“Meraih Beasiswa Superintensive – Bermimpilah dan Hiduplah Bersamanya”
“If God helps you, none can overcome you, and if He forsakes you, who is
there after Him that can help you? And in God (Alone) let believers put their
trust” – (Ali Imran : 160)
Saya mendapatkan info Beasiswa
IELTS Superintensive Mr.Alex Course dari group WA. Awalnya, saya tidak tahu
menahu tentang lembaga tersebut dan bagaimana track record-nya. Tetapi entah mengapa, saya langsung tertarik
dengan beasiswa yang ditawarkan. Beberapa hari setelah mendapatkan info,
sayapun mulai mempersiapkan semua persyaratan yang harus dikirim ke email
lembaga yakni surat pernyataan, CV dan juga bukti screen shoot BC ke 5 group di media sosial. Saya berusaha untuk
mengirimkan berkas di awal waktu ke email lembaga tersebut. Salah satu mimpi
saya adalah melanjutkan study ke luar negeri dan itulah sebabnya mengapa saya
sangat ingin mempelajari IELTS. Sebelum attach
file and menekan tombol send pada
email, saya pun berdoa kepada Allah dan berharap semoga salah satu penerima
beasiswa itu adalah saya. Then, sent..
Hari berganti hari dan waktu pun
terus berjalan. Namun tidak ada tanda-tanda pesan, konfirmasi atau
pemberitahuan yang masuk lewat email ataupun WA. Awalnya saya pikir bahwa saya
sudah pasti tidak diterima. Tetapi saya tetap positif feeling dan berpikir akan ada jalan yang lebih baik untuk
belajar IELTS menanti di depan sana. Manusia hanya bisa berencana serta
berusaha dan Allah lah yang Maha Menentukan mana yang terbaik bagi hamba-Nya. Saya
yakin bahwa segala urusan itu sudah diatur, rezeki itu akan datang sebagaimana kematian
juga akan datang.
Dan akhirnya, yang dinanti pun
tiba. Tepatnya hari Sabtu tanggal 9 September pkl 21.48 WIB, saya mendapat
pemberitahuan lewat SMS dan juga WA bahwa saya lulus menjadi salah satu
penerima beasiswa Superintensive di Mr.Alex Course. Saya sangat senang dan tak
dapat berkata-kata. Lantas sayapun langsung sujud syukur seteah mendapatkan pemberitahuan
itu. Tak lupa, saya memberitahukan kepada atasan, teman dan juga keluarga. Yah,
maklumlah karena kondisi saya saat itu sedang bekerja dan harus meninggalkan
pekerjaan untuk cuti 1 bulan untuk mengikuti kelas di Pare.
Alhamdulillah..Semua pihak menyetujui dan memberi saya izin. Malam itu juga,
saya pun mengecek ketersediaan tiket kereta menuju Pare untuk mengejar start kelas di hari Senin. Sayangnya
semua tiket telah habis terjual. Akhirnya saya baru bisa berngkat pada hari
Rabu tanggal 13 September dan itu artinya saya ketinggalan kelas selama 3 hari.
Yah, sambil menunggu jadwal keberangkatan, waktu 3 hari itu akhirnya saya pakai
untuk meng-coaching pengganti saya
dalam membuat laporan pekerjaan, mengurus akomodasi ke Pare dan mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan untuk keberangkatan.
Tepat pukul 09.30 pagi di hari
Kamis, saya pun tiba di Pare dan langsung mengikuti kelas Superintensive. Selama
proses pengajaran, saya merasa sangat senang karena bertemu dengan teman-teman
yang bersemangat untuk menimba ilmu dalam mempelajari IELTS. Saya orangnya introvert dan pemalu sebenarnya. Di
kelas, saya banyak bertemu dengan teman dan sahabat yang ekstrovert, easy going dan punya sense of humor yang tinggi. Walaupun
secara sifat kami memiliki perbedaan yang cukup signifikan, tetapi semuanya
masih pada batasan visi dan misi yang sama, yakni berburu IELTS dan scholarship untuk study ke luar negeri. Dan visi serta misi itulah yang akhirnya
mempersatukan kami.
Tugas yang diberikan oleh tutor saya
yakni Mr.Alex lumayan banyak dan cukup menguras pikiran. Materi yang disajikan
juga beragam dan ada sistem FGD (Forum
Group Discussion) dengan teman se-group dalam pembahasan passage Reading IELTS. Selain itu, saya
juga butuh waktu untuk belajar di kosan dalam mencerna semua pelajaran yang
telah saya dapatkan di kelas. Bersamaan dengan proses belajar disana, saya juga
harus mengerjakan tugas kantor, organisasi dan juga mengajar murid via online. Hampir setiap hari saya
tidur hanya 2 jam. Tetapi saya selalu yakin bahwa untuk mendapatkan sesuatu
yang besar, diperlukan pengorbanan yang besar pula. Kalau kata Pak Habibie,”No free lunch.”. Tidak ada makan siang
yang gratis.“Everything has a price on
it. Sometimes, some invaluable things do not cost your money, but your courage,
faith and enthusiasm.”
Selama proses pembelajaran saya juga
banyak mendapat motivasi dari Mr.Alex untuk selalu mandiri dalam mencari
informasi dari berbagai sumber. Ada satu kejadian yang tak terlupakan saat di
kelas. Saya pernah begadang dalam mengerjakan tugas kantor dan organisasi
sehingga saya tidak belajar teori dan konsep saat di kelas. Ternyata saat itu,
Mr.Alex bertanya tentang beberapa konsep materi kemarin dan materi untuk hari
ini. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang beliau berikan dan sayapun kena hukum
disuruh berdiri selama sekitar 5 menit. Sejak saat itu, saya berusaha untuk balance dalam menyelesaikan semuanya,
tugas kantor dan organisasi selesai serta tugas kelas juga harus selesai. Saya
berusaha untuk produktif dalam menggunakan waktu. Dan tidak lupa saya belajar
keras agar saat scoring nilai saya semuanya
baik. Hal ini juga disebabkan karena saya mendapatkan beasiswa. Sebisa mungkin
saya berusaha amanah dalam mengemban kepercayaan dari lembaga yang telah
memberikan saya kesempatan beasiswa tersebut, salah satunya dengan belajar
keras dan mengerjakan semua tugas yang diberikan.
Oiya, ada satu trik yang selalu
saya pakai saat belajar di Mr.Alex Course, yakni recording dengan HP terhadap semua pengajaran yang diberikan oleh
Mr.Alex. Kalau menurut saya, beliau mengajarnya lumayan cepat dan semua yang
disampaikan itu ibarat “berlian”, penting semuanya. Sementara kapasitas saya
dalam menulis dan mencerna pelajaran juga butuh waktu. Oleh karena itu, saya
merekam semua yang beliau ajarkan selama di kelas. Tiap malam, recorder itu saya putar ulang dan saya
salin ke buku dengan detail. Sampai-sampai memory HP full karena isinya recorder
semua. Setelah paham konsep secara rinci, saya aplikasikan di dalam praktik
dengan memperbanyak latihan soal. Dan menurut saya itu efektif banget. Saat
awal, saya mendapat Band 6.0 dan 6.5 untuk Reading
dan Listening. Score saya relatif meningkat dari waktu ke waktu walaupun
dipertengahan pernah turun juga. Alhamdulillah, sempat mendapat Band 8.0 dan
8.5 juga beberapa kali. Yah, kesempatan dan pengalaman belajar di Mr.Alex
Course adalah suatu hal yang tidak mungkin saya lupakan. Banyak kenangan manis,
suka, dan duka yang saya rasakan disini bersama para sahabat pejuang IELTS. Unforgettable moment deh pokoknya.
Last but not least, harapan saya Mr. Alex Course kedepannya adalah semoga semakin
berkembang dan dapat terus menebarkan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh anak
Indonesia dalam menggapai mimpinya. Dan harapan
saya untuk para pemuda Indonesia khususnya para pejuang beasiswa dimanapun
berada, ingatlah bahwa ”Dream is worth
the risk”. Mimpi itu selalu sebanding dengan resikonya. Mimpi bisa
mengendarai pesawat, tentu saja beda resikonya dengan keinginan mengendarai
mobil. Begitu juga dengan mimpi untuk bisa kuliah diluar negeri, pasti
resikonnya lebih besar daripada mimpi ingin kuliah didalam negeri. Namun
demikian, apapun mimpi kita, semuanya berawal dari keyakinan diri kita sendiri.
Ketika kita yakin dengan diri kita sendiri, terus berjuang untuk mewujudkan
mimpi tersebut, maka semuanya hanya masalah waktu saja. Bukankah Allah tak
pernah tidur? Bukankah tidak ada yang lebih adil dari Allah? Bukankah Dialah
yang Maha Pengasih dan Penyayang? Terus, kenapa harus takut bermimpi dan
percaya kepada diri sendiri?
Bermimpilah, dan Hiduplah
Bersamanya..